Belajar Mentolerir Kritik


Hari ini atau kapan pun, semua orang dapat menilai, tapi tidak semua orang siap dinilai balik.


Ada salah satu reaksi atas sikap dinilai seseorang, yakni tersinggung. Sebetulnya, dinilai seseorang itu dapat membuat kita tumbuh dan berkembang. Akan tetapi, kita mesti punya mental baja guna mentolerir seluruh bentuk penilaian orang lain dengan lapang dada dan senyuman.


Menurut segelintir orang, kritik diterjemahkan sebagai serangan. Padahal, kritik merupakan alternatif untuk seseorang naik level (bagi yang siap).


Dalam benak diri seseorang, pasti ada terlintas ingin berkembang. Namun, ironisnya, justru lari ketika diterpa kritik.


Bila diingat-ingat lagi, pernahkah kita merasa tersinggung, padahal niat seseorang hanyalah memberi saran untuk kita? Ironisnya, seseorang tersebut belum selesai berucap, kita justru menyela dengan membela diri. Kenapa, ya?!


Bila kita telaah, seseorang yang membela diri ketika dikritik ataupun diberi saran, sebetulnya ia hanya mempertontonkan sikapnya agar membuatnya terasa aman. Akan tetapi, hal tersebut keliru bila tidak mengatensi adab beretorika.


Selain itu, secara realitanya, bukan kritik yang membuat menyakitkan, tapi ego kita yang belum siap menolerir kenyataan.


Ditangan orang yang tepat, kritik dapat membuka space untuk kita tumbuh. Karena, pada umumnya, bertumbuh itu perlu terbentur, terbentur, terbentur, lalu terbentuk.


Lebih lanjut, kritik yang sehat itu bak GPS, ia bisa saja menyebalkan ketika disalahkan, tapi ia justru membantu kita guna kembali pada jalur yang tepat.


Banyak diantara kita yang terlalu sibuk membela diri ketika diterpa kritik. Padahal, dalam kritik, memberi kita sebuah pelajaran krusial ihwal bagaimana belajar memahami perspektif orang lain.


Dalam mentolerir kritik, kita perlu latihan terus menerus, seperti bagaimana kita menahan supaya tidak fast respon, mendengar dan memahami dulu tanpa niat membantah, dan pisahkan kritik dari respon kita.


Terlepas dari semua itu, kita pun berhak untuk tidak mentolerir semua bentuk kritik, tapi esensinya adalah bagaimana kapabilitas kita dalam merespon kritik tanpa emosi.


Kritik adalah bahan bakar untuk bertumbuh, bukan ajang untuk tuduh menuduh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Sempro

Seminar Proposal Skripsi Ku

Selamat Ulang Tahun Sayang