Seminar Proposal Skripsi Ku
“Alhamdulillah”, ucapku dalam hati dengan rasa syukur tak henti-hentinya mengalir. Aku telah berhasil melewati medan perang ini dan mencapai tujuan sebagai yang pertama. Entah kekuatan apa yang merasuki ku, hingga aku mampu menyelesaikan semua ini secepat itu.
Andai saja waktu itu aku memilih bersantai ria, mungkin aku belum sampai di titik ini sepertinya. Titik di mana aku berdiri di atas, menyaksikan kawan-kawanku yang masih berjuang sembari aku mengarahkan. Mungkin, ini terdengar sombong bagi segelintir orang. Namun, bagi yang lainnya, semoga ini menjadi motivasi, ya.
Takkan pernah ku lupa, kala itu aku tidak pernah merasa sendirian. Laptop, buku-buku, kertas, dan pulpen, mereka merupakan kawan diskusiku. Kami berdiskusi dengan penuh semangat, tanpa kenal rasa lelah. Sungguh aneh, ya. Tapi, itu nyata!
Aku pun tak tahu, bagaimana aku bisa begitu mencintai mereka. Mungkin, karena merekalah yang membuat rangkaian ini terasa ringan dan cepat berlalu.
Terkadang, mereka menyita waktuku dengan kekasihku, IDF. Kala itu, aku hanya memberi tahunya bahwa aku baik-baik saja. Karena, aku tidak ingin membuatnya khawatir dikala ia juga tengah disibukkan dengan penelitian skripsinya.
Pasca semuanya berlalu, aku menceritakan semua pertempuran ku itu kepada kekasihku. Ia bertanya, “Bagaimana kamu bisa sek ambisius itu, Sayang?”. “Aku pun tak tahu.”, jawabku.
Seminar proposal skripsi ini merupakan langkah awal bagiku untuk menyusul kekasihku, yang kini ia tengah disibukkan dengan penelitian skripsinya. Aku terus mendoakan yang terbaik untuknya. Semoga ia senantiasa disertai dengan kemudahan, kelancaran dan kesuksesan hingga usai.
Pada hari ini, eksistensinya di ruang seminar proposal skripsi ku merupakan bukti ia senantiasa membersamaiku. Akhirnya, aku dapat merasakan apa yang ku tulis saat sempromu itu, “Rasa-rasanya seperti aku yang tengah mempresentasikan proposal itu.” (Dikutip dari tulisanku, dengan judul “Selamat Sempro”, yang kuunggah pada 17 Oktober 2024).
Rasa gugup yang sempat menghantuiku, seketika sirna dikala aku melihat senyumnya. Melihatnya tersenyum dikala aku menjawab sederet pertanyaan yang menerpaku, membuatku merasa tenang. Bak duniaku serasa baik-baik saja.
Tentunya, euforia ini tidak boleh membuatku terlena. Aku tahu, masih ada sederet tantangan yang menantiku. Semoga segala urusanku dipermudah. Terima kasih, senantiasa membersamaiku, Sayang (IDF).
“Cinta sejati itu ibarat matahari, senantiasa bersinar dan menghangatkan hati.” - AFM & IDF (17/10/2024 | 24/04/2025)
Komentar
Posting Komentar