Pengaruh dan Kontribusi Ulama dalam Dunia Politik di Berbagai Zaman
Coba kita tengok pada era awal kemerdekaan Indonesia. Di era itu, berdiri tegak sosok K.H. Hasyim Asy'ari. Beliau bukan semata alim dalam ilmu agama saja, beliau turut punya semangat dengan api menyala guna memerdekakan bangsa. Dengan kharisma dan pengaruhnya, beliau sukses memobilisasi massa guna melawan penjajah. Suara beliau bak fatwa yang membakar semangat perjuangan.
Kemudian, kita lompat ke era modern. Di mana, kita menyaksikan bagaimana Gus Dur menjadi presiden. Beliau memvalidasi kita bahwa seorang ulama juga bisa menjadi nahkoda negara. Dengan kepiawaian diplomasinya, Gus Dur berupaya merawat supaya suara dan value-value ulama tetap didengar. Walaupun, ada upaya dari pemerintah guna mendikotomi agama dari dunia perpolitikan.
Bila kita saksikan secara komprehensif, bak yang pernah digaungkan oleh para ahli politik (Pareto dan Mosca), ulama acap kali menjadi bagian dari entitas elite. Ulama punya power moral dan spritual yang mampu memobilisasi hati banyak orang. NU dan Muhammadiyah adalah wadah krusial bagi ulama guna merawat dan bahkan memperluas pengaruhnya di perpolitikan.
Jadi, jelaslah bahwa ulama bukan semata penonton di pinggir lapangan politik sahaja. Ulama merupakan pemain aktif yang dapat mengodifikasi dukungan rakyat berkat karisma dan legitimasi agama yang ia punya. Pengaruh ini bukan suatu barang baru. Dari zaman klasik hingga dewasa ini, ulama terus memainkan peran krusial dalam mengonfigurasi rute perpolitikan dan sosial kemasyarakatan.
Komentar
Posting Komentar