Peluang Senantiasa Ada
Ternyata, salah satu jawabannya adalah kita yang terlalu berpikir, banyak menunda, dan menghidangkan alasan melulu.
Menunggu momen yang (tepat) adalah sebuah hidangan yang menggiurkan dengan taburan bumbu-bumbu, seperti menunggu mood yang relevan dan menunggu satu hal memberi indikasi. Itulah salah satu alasan dari manusia yang males bergerak. Padahal, kita tahu, bahwa dalam pembicaraan ini, tidak ada momentum yang sempurna.
Aku belum siap juga merupakan alasan template bagi manusia yang males gerak. Padahal, bila kita analisa lagi, sebetulnya ia itu takut. Dengan menumbuhkan pikiran demikian, kita justru berhasil membuat ketakutan itu tumbuh dan berkembangbiak hingga mengalahkan tumbuh kembangnya mimpi kita.
Salah satu alasan lainnya adalah aku belum ada waktu. Alasan ini merupakan salah satu statment kontradiktif, bilamana, realitanya ia bisa bermain TikTok berjam-jam. Hal demikian, justru membuat tumbuh kembang overthinking, malas gerak, dan kontradiktif lainnya bermekaran dalam diri.
Lantas apa, jika bukan sebab waktu yang belum ada, dan bukan peluang yang tiada?
Ternyata, ada salah satu hal krusial yang minim atensi dalam pembicaraan demikian, yakni keberanian.
Dikala kita menunggu untuk betul-betul siap, percaya diri 100% dan seluruh preparation sudah perfect, kita tidak bakal mulai. Mengapa demikian? Sebab, rasa siap bukanlah syarat guna memulai. Rasa siap adalah hadiah yang datang pasca kita (berani mencoba).
Generalisasi dalam pembicaraan ini adalah mulai. Sebab, ketika kita tidak mulai, maka kehidupan hanya berjalan disana-sana belaka. Bukan karena kondisi internal maupun eksternal diri yang kurang memadai. Tapi, karena kita sendiri yang enggan bergerak untuk memulai.
Peluang senantiasa ada. Tinggal kita memilih opsi untuk menerimanya atau menghindar dengan alasan tidak sadar.
Komentar
Posting Komentar