Bahagia Itu Sederhana
Secara sederhananya, cara untuk bahagia, bukan semata sebab keadaan. Akan tetapi, dapat pula dengan pola pikir. Artinya, semakin seseorang berusaha untuk mencari kebahagiaan, maka seseorang tersebut merasa semakin ada jarak antara ia dengan kebahagiaan itu.
Kita terkadang terlalu memikirkan beranekaragam hal yang bisa jadi itu membuat kita bahagia. Kita mengejar ini dan itu dengan penuh ketekunan, kerja keras, hingga rela melakukan apapun. Tapi, dikala akhirnya kita sukses menggapai hal itu, justru rasanya biasa-biasa saja.
Sederhananya, terjemahan dari hal diatas adalah bukan karena keadaan yang membuat seseorang bahagia, melainkan pola pikirnya.
Umpamanya, “Jikalau aku sukses, aku akan bahagia.”. Akan tetapi, apa yang terjadi pasca seseorang itu sukses? Yap, malah kepikiran hal lainnya untuk disukseskan lagi.
Perlu diatensi, bahwa kebahagiaan bukan melulu terletak dipencapaian. Akan tetapi, bagaimana kita memainkan pola pikir.
Contoh sederhananya, dikala hari senin tiba, beberapa orang pasti berpikiran, “Aduh, senin lagi. Ya Tuhan, males banget aku kerjanya.”. Secara realitanya, ia justru tetap bekerja juga. Padahal, yang membuat berat pada hari senin itu, bukanlah pekerjaannya, melainkan pola pikir yang tidak mentolerir keadaan tersebut.
Coba mulai bangun dan menguatkan fondasi pikiran yang positif, “Inilah pekerjaan yang ku idamkan sejak dulu, dan akhirnya aku berada difase itu dalam hidupku.”. Dengan menumbuhkembangkan pola pikir seperti itu, maka tidak ada lagi hal-hal yang membuat macet dan keterpaksaan, yang ada adalah rasa syukur.
Dikala seseorang mulai bersyukur, rasa syukur itu bakal menjadi magnet yang menarik lebih banyak hal-hal positif (kebahagiaan) ke dalam kehidupan orang itu.
Komentar
Posting Komentar