Mengeskalasi Minat Atau Minat Baca?


Kita ketahui secara kolektif, bahwa literasi bukan semata berbicara kapabilitas membaca dan menulis. Literasi bak seperti jembatan yang berfungsi menuju implikasi lahirnya pengetahuan, pemahaman, dan berdampak positif di tengah masyarakat.


Dewasa ini, zaman yang begitu progresif, serba satset, dan serba instan, berefek pada level literasi, terutama minat baca yang mengalami kemunduran yang lumayan signifikan. Era digital yang menerpa kita dewasa ini, membuat kita dapat mengakses hampir segala hal dengan mudah. Fenomena demikian, mesti menjadi atensi serius. Sebab, minat baca yang minim, dapat berefek pada kapabilitas seseorang guna turut andil di tengah masyarakat (bersosial).


Beranekamacam faktor yang kiranya berkontribusi terhadap minimnya minat baca, yakni gawai, media sosial, dan short video. Hal-hal tersebut, berefek pada pergantian posisi yang awalnya menjawab keingintahuan melalui buku, beralih pada gawai. Selain itu, yang menarik atensi kami adalah perihal perpustakaan yang menjadi suatu hal yang sungkan dikunjungi masyarakat terisolir. Mereka beranggapan bahwa, ruang perpustakaan yang sedemikian mewahnya, membuat mereka sungkan untuk berkunjung menggali dan menjawab keingintahuan. Oleh sebab itu, anggapan seperti ini yang mesti diluruskan, supaya ruang perpustakaan ramai dipadati.


Ada dua pertanyaan lahir dalam hal ini, yakni mengeskalasi minat, ataukah mengeskalasi minat baca?


Dilihat secara diksi maupun fokusnya, saya rasa, mengeskalasi minat baca lebih tertuju pada aspek psikologis. Maksudnya, bagaimana kiat-kiat menarik atensi seseorang terhadap sesuatu, salah satunya adalah membaca. Sedangkan, mengeskalasi minat baca lebih berfokus pada pembicaraan kuantitatif. Di mana, bagaimana upaya-upaya guna mengeskalasi jumlah orang-orang yang turut andil dalam aktivitas membaca. 


Esensinya, keduanya ini saling berkorelasi, yaitu sama-sama guna mengeskalasi literasi.


Upaya sederhana yang kiranya dapat direalisasikan guna mengeskalasi minat baca, yakni sebagai berikut:


1. Menjadikan membaca sebagai kebiasaan

Langkah awal yang kiranya sulit dimanifestasi adalah menjadikan membaca sebagai kebiasaan. Sebab, dewasa ini, kita mudah terdistrak hal-hal yang menghibur. 


2. Ikut berdiskusi ataupun mendengar dengan para pecinta buku

Meskipun kita belum dapat membiasakan kebiasaan dipoin pertama, setidaknya ikut berdiskusi ataupun mendengar, itu dapat mengafirmasi kita untuk membaca buku.


3. Memanfaatkan akses digital yang mudah guna membaca (e-book, e-journal, opini, berita, dan lain sebagainya).


4. Eksistensi perpustakaan outdoor dengan suana segar dan akses buku yang mudah, sangatlah didambakan dewasa ini.


Dengan demikian, Pemerintah dan masyarakat mempunyai peran krusial dalam upaya mengeskalasi hal ini. Pemerintah dalam hal ini dapat menyuguhkan fasilitas yang memadai dan mengadakan program-program literasi guna melahirkan kebiasaan membaca di tengah masyarakat. Masyarakat dalam hal ini mestilah berperan aktif dan memanfaatkan fasilitas yang telah diadakan Pemerintah. Jangan biarkan fasilitas yang diadakan itu, hanya sekedar tempat menggali ilmu yang kehilangan penggalinya. Dengan niat kolektif, dan diawali dari kesadaran diri sendiri merupakan suatu cara sederhana untuk mengeskalasi literasi.


Membaca merupakan jendela dunia yang membuka pikiran dan memperkaya kehidupan.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Sempro

Seminar Proposal Skripsi Ku

Selamat Ulang Tahun Sayang