13 Desember
Pertanyaanpun lahir, bukankah menyambut suka cita kelahiran disambut doa-doa? Lantas, mengapa histori pengorbanan yang begitu besar dari sosok Ibu, mesti dilupakan begitu saja, seolah-olah tiada yang spesial dihari kelahiran?
Kelahiran yang penuh pertaruhan dari sesosok perempuan. Hari di mana dulu, diri ini menangis untuk pertama kalinya, dan doa-doa mengalir deras dari kedua orang tua. Bukankah itu tanggal dan bulan yang spesial?
Tiada salahnya sekedar mengucapkan selamat hari ulang tahun, selama itu tidak berlebihan. Memberi kue atau kadopun, bakal menjadi sesuatu yang baik, apabila diniatkan untuk membahagiakan orang lain, demikian pula untuk diri sendiri.
Mengingat hari lahir, bakal menjadi perenungan tersendiri bahwa usia diri ini kian bertambah. Lantas, apakah diri ini sudah menjadi manusia yang bermanfaat? Hmm, entah lah. Esensinya, berbuat baik dan memberikan manfaat kepada khalayak, senantiasa diri ini realisasi.
Sekali lagi, selamat bertambah jumlah angka, dan berkurang waktu usia, wahai diri ini. Tidak ada pesta, ucapan ataupun kado, tidak mengapa. Di rumah dengan memanjatkan doapun, sudah cukup.
Semoga hal-hal baik senantiasa menyertai diri ini, dan keluhnya berkurang. Biarkan doa baik menggema seisi langit.
Selamat memasuki usia yang menuntut untuk banyak bijak dalam segala hal, menentukan banyak opsi, dan memegang beberapa kendali.
Diri ini adalah kapten paling mahir yang kapalnya pasti tidak bakal karam, sebelum sampai pada muaranya. Terima kasih diri, dan orang-orang yang bersedia membantu.
Diri ini, turut mengaammiinkan segala doa-doa dan nawaitu baik. Semoga menggema, dan di turunkan hari ini dan setelahnya.
Terakhir, senantiasa berbahagia di usia tahun ini dan selamanya. Baik-baik saja segalanya kepada siapa saja semuanya.
Terima kasih, Ibu, dan semua.
(AFM 13/12/2024).
Komentar
Posting Komentar