Untuk Orang yang Independen


Penulis rasa, semandiri-mandirinya laki-laki maupun perempuan dalam hidup, pasti ia memerlukan kalimat berikut dari seseorang, “Aku tahu kamu bisa sendirian, tapi biarkan aku turut membantu dan membersamaimu.” 


Salah satu alasan yang kiranya mengapa seseorang memilih mandiri ialah tidak ingin melekat kepada seseorang. Sebab, ketika kita melekat pada seseorang, apabila seseorang tersebut sirna ataupun tiada, lantas kepada siapa lagi kita melekat?


Selain itu, disaat yang serupa, kemelekatan seseorang kepada seseorang terkadang dapat diremehkan oleh orang lain. Apabila seseorang mempunyai sikap yang belum dapat dikontrol, maka tindakan diremehkan tadi mempunyai rasa sakit yang “wow” bagi dirinya.


Seiring berputarnya jarum jam, rasa kesal dan sakit hati tersebut dapat menjadi bahan bakar guna membuktikan kepada diri sendiri bahwa, “i can do this, aku bisa berdiri sendiri.”


Akan tetapi, ketika seseorang sudah dan sedang dalam fase independen hingga keterusan sampai hari ini, ada satu perasaan yang mengganjal di dalam dirinya, yakni awkward apabila ingin meminta tolong dengan orang lain.


Konsepnya seperti ini, “Jika aku bisa melakukannya sendiri, lebih baik aku lakukan sendiri.” Namun, di dalam lautan hati yang terdalam berucap, “Bukan berarti aku tidak memerlukan pertolongan orang lain, ya. Aku perlu itu.”


Terkadang juga disuatu waktu, hati ini mengeluh, “Ini kapan sih selesainya? Aku ingin sekali diayomi dan aku ingin juga diurusin.”


Terlepas dari semua keresahan di atas, laki-laki maupun perempuan yang independen itu sudah dicap kuat, dan cakap menghandle apapun sendiri. Akan tetapi, realitanya tidak seperti itu juga. 


Salah satu alasan orang-orang mandiri melakukan hal tersebut adalah sebagai bentuk pertahanannya agar tidak mudah diremehkan oleh orang lain.


Semangat, ya !

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Sempro

Seminar Proposal Skripsi Ku

Selamat Ulang Tahun Sayang