Bosan


Bosan, itulah dulu yang pernah penulis rasakan ketika memasuki waktu libur dan di atas pukul sembilan malam. Bingung dan tidak tahu mesti mengagendakan apa pada waktu tersebut. Bermain gawai kesana-kemari tanpa henti dan sampai pada akhirnya bingung mesti membuka aplikasi apa lagi, seperti seseorang yang tengah tersesat.


Mungkin musuh terbesar diri sendiri, bukan hanya rasa sepi. Akan tetapi, mungkin hanya diri sendiri saja yang bingung mesti lari ke arah mana guna terhindari dari rasa bosan dan sepi. Berlari kesana-kemari hingga akhirnya menemukan jalan buntu, di mana pada hal tersebut hanya ada diri sendiri melawan diri sendiri.


Terkadang, diri kerap merasa bersalah juga, bersalah sebab seperti ini, tidak merasakan apapun. Lama rasanya tak menyentuh dunia percintaan yang akhirnya berujung menjadi buta. Merasa seperti angin yang hanya lalu-lalang, dan juga seperti awan yang hanya mengambang.


Bahkan, menu favorit, terkadang hambar rasanya. Hobi yang kerap direalisasikan pun, terkadang terasa hampa. Lelah ya seperti ini. Tapi, tetap mesti terus progresif supaya keluar dari circle tersebut, hingga menemukan kembali hal-hal baru yang membuat diri seperti terlahir lagi.


Gini-gitu, terus dan menerus seperti itu. Berlari ke kanan-kiri dibersamai dengan rasa sepi yang berada di belakang. Tetap merealisasikan siklus sembari mengumpulkan warna-warna baru guna menempa warna yang sudah memudar. Mungkin, salah satu caranya adalah itu.


Seiring dengan merealisasikan cara tersebut, akhirnya penulis menemukan solusi yang akhirnya dapat meminimalisir dan bahkan membungkam rasa bosan dan sepi dalam diri, yakni sesosok perempuan.


Perempuan tersebut datang di saat penulis tengah merasakan siklus di atas selama kurun waktu dua tahun. Perlahan tapi pasti, akhirnya penulis berhasil mendapatkan perempuan tersebut. Sungguh perempuan yang mirip dengan penulis idealkan selama ini. Salah satu hal luar biasa yang penulis berdecak kagum adalah Ia memperhatikan penulis kurang-lebih selama empat hingga tujuh bulan, sampai pada akhirnya Ia memberanikan diri untuk menyenggol penulis supaya di notice.


Mungkin itu saja sekilas kisah yang dapat penulis gambarkan. Terimakasih wahai perempuanku (IDF).

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Sempro

Seminar Proposal Skripsi Ku

Selamat Ulang Tahun Sayang