The Power Of Eksistensi Diri Sendiri


Pernahkah Anda berpikir mengenai Anda menghendaki eksistensi orang lain disamping Anda, entah itu saat bekerja, berkuliah, nongkrong, dan lain sebagainya?


Beberapa hari belakangan ini, penulis (saya) mulai merasa dirinya tengah berada dalam keterasingan. Keterasingan disini maksudnya adalah dalam berteman, baik itu dalam perkuliahan, nongkrong, organisasi, dan lain sebagainya. 


Penulis menyadari bahwa keterasingan itu bukanlah salah orang lain, melainkan penulis sendiri (saya). Sebetulnya, penulis hanya memainkan beberapa permainan yang kiranya dapat memperlihatkan sikap seseorang yang sebenarnya, dan ternyata permainan yang telah disediakan, mulai terisi oleh beberapa player didalamnya.


Penulis mulai mencermati, "oh, ternyata sikap dan pemikirannya seperti ini". Melalui hal tersebut, penulis mulai selektif. Bukan lagi berbicara ihwal kuantitas, tapi mencari kualitas.


Mau sehebat dan semeriah apapun koar-koar pasca masuk permainan tersebut, bagi penulis hal itu hanya sebagai angin yang tak ada KTP nya (hanya berlalu-lalang tak jelas arahnya).


Apabila kita mengasumsikan bahwa kita menghendaki eksistensi orang lain, mungkin yang sebetulnya kita perlukan ialah eksistensi diri kita sendiri. 


Ketika memainkan sebuah permainan diatas, penulis tentunya siap dan mempertimbangkan hal-hal kedepannya, seperti kesepian, digembar-gemborkan, dan lain-lain.


Selagi eksistensi penulis (saya) masih ada, maka anomali kedepan dapat diatasi dengan mengawalinya mengucap Bismillahirrahmanirrahim.


Salah satu pertimbangan diatas tadi ialah kesepian. Berbicara ihwal kesepian, perasaan kesepian bukanlah berasal dari ketiadaan orang lain, melainkan dari minimnya belas kasihan terhadap diri sendiri. 


Apabila Anda telah bergantung kepada orang lain, maka bersiaplah Anda bakal menjadi budak, robot, boneka dan lain sebagainya. Ibaratnya seperti, "monyet yang tengah melakukan sesuatu untuk mendapatkan pisang."


Perasaan kesepian ataupun bahagia, itu tergantung bagaimana Anda berpikir. Seperti yang disampaikan oleh Marcus Aurelius, "Hidup bahagia memerlukan sedikit saja; semuanya ada didalam dirimu dalam cara berpikirmu."


Tulisan ini merupakan tulisan untuk menyadarkan pembaca apabila ingin berhadapan dengan penulis (saya). 


Mari berbenah.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Sempro

Seminar Proposal Skripsi Ku

Selamat Ulang Tahun Sayang