Filsuf Abal-abal


Foto ini bukan bermaksud merendahkan ataupun berorientasi negatif.

Beberapa hari ini, penulis kerapkali menemukan quote-quote filsafat yang berseliweran dimayantara, seperti TikTok dan Instagram. Tentunya, penulis memberikan respons yang antusias. Penulis ucap "filsafat" sembari bereksplorasi dalam imajinasi yang pada akhirnya menarik untuk digali. Mengapa tidak, makhluk absurd dan belibet tersebut akhirnya lahir kepermukaan dan step by step mulai dicintai khalayak. 


Ditengah ramainya quote dan penemuan orang-orang yang bak seperti filsuf, seketika euforia tersebut terhenti sejenak. Setelah dicermati, ternyata masih ada beberapa yang menyambut gayung filsafat tersebut tanpa betul-betul memahaminya secara sempurna dan cenderung terlihat seperti FOMO atau dalam bahasa banjar disebut dengan "meumpati orang" saja.


Kutipan-kutipan dari para filsuf bertebaran dimana-mana. Se-fruit filsafat mereka dicuil, disimpan dan dijadikan story maupun fondasi argumentasi. Tak jauh berbeda dengan konten viral dan motivasi lainnya, konten-konten filsafat ini ternyata menggugah sesaat.


Khalayak beramai-ramai untuk terlihat intelek secara spontan uhuy dan instan atau menjadi seorang filsuf abal-abal. Pemikiran-pemikiran filosofis disitir dan dijadikan caption serta bonus dari argumentasi untuk keren-keren-nan. Tak jarang, filsafat juga menjadi instrumen guna menjalankan aksi caperisasi.


Validasi bahwa filsafat sedang naik daun ialah dengan ramainya fenomena stoikisme. Ini merupakan salah satu aliran filsafat Yunani Klasik yang tengah marak dibicarakan. Stoikisme juga digadang-gadang sebagai instrumen tempur generasi dewasa ini. Setidaknya ada dua alasan prioritas kepopulerannya dikalangan anak-anak muda. 


Pertama, tentu saja implikasi dari eksistensi mayantara. Stoikisme ini begitu diminati ketika Om Piring menuliskan buku yang berjudul Filosofi Teras. Ditambah dengan penguploadannya dikemas dengan animasi dan sound atau lagu yang pas. Seketika, penonton pun tergentar dan merasa keren.


Kedua, doktrin yang mudah untuk dicerna. Stoikisme ini mengusung semboyan filsafat sebagai laku hidup. Ajarannya tak jauh-jauh dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari. Dalilisme yang satu ini men-trigger pembacanya guna menjaga akal dalam menyikapi segala sesuatu yang kadang-kadang kidding.


Stoikisme mengajarkan bahwa manusia dapat mencapai kebahagian dengan terbebas dari emosi-emosi negatif, misalnya marah, iri, dengki, baperan, dan lain sebagainya. Metodenya dengan mengimplementasikan dikotomi kendali.


Quotes filsafat maupun quote-quote lainnya memang bukanlah suatu problematika. Akan tetapi, jika dibaca setengah-setengah pasti jadi masalah. Berapa banyak seseorang yang membaca paragraf asli dari sebuah quote? Quotenya dikutip dari halaman sekian. Bukunya yang sekian banyak halamannya justru tak dibaca sepenuhnya. Lumrah saja jika kehilangan kontekstualisasi ihwal mengapa quote tersebut begitu menggungah.


Maka dari itu, agar pengetahuan tak terputus, saat menemukan quote filsafat dan tergugah, yaa lanjutkan ke step berikutnya dengan membaca bukunya langsung. Masih begitu banyak metode lainnya guna memperdalam filsafat, yang jelas belajar filsafat adalah menyenangkan, meskipun kadang membuat kepala berasap.


Berikan opini random anda pada kolom di bawah ini.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Sempro

Seminar Proposal Skripsi Ku

Selamat Ulang Tahun Sayang