Dapatkah Kita Bersikap Kritis Terhadap Agama?

 Goresan ini bukan untuk menemukan sebuah jawaban, ya.


Al-Qur'an mengandung dogma-dogma yang sudah tak bisa dibantah lagi. Mau tak mau seorang Muslim harus meyakini dan percaya pada apa yang tertulis dalam Al-Qur'an. Didalam tradisi umat Islam, ada anjuran guna memahami dan menerima ajaran agama dengan keyakinan. 


Dibeberapa situasi kita dilarang keras mempertanyakan atau bersikap skeptis terhadap pokok ajaran yang ada didalam Al-Qur'an. Namun, pasti selalu ada seorang Muslim yang penasaran ataupun skeptis terhadap Al-Qur'an. Problematikanya dibeberapa kasus para pemuka agama seakan-akan membatasi seseorang guna bersikap kritis terhadap Islam. Bahkan beberapa dari mereka sering menegaskan bahwa "Jika agama sudah melarang sesuatu, maka tak perlu dipertanyakan lagi. Cukup realisasikan saja apa yang di instruksikan Al-Qur'an."


Dari hal diatas, apakah Islam membatasi umatnya dalam berpikir kritis? Apakah semua praktik-praktik ibadah yang dikerjakan hanya ketaatan buta saja? Padahal pemikiran kritis dapat menolong seseorang memahami lebih radikal (lebih dalam) dan menguatkan keyakinannya. Kemudian juga dapat memahami makna dan tujuan dibalik praktik-praktik tersebut dapat memperdalam relasi spiritual. Bagi umat Muslim, rasio hanyalah salah satu instrumen guna mencapai kebenaran, bukan sebuah sumber. Yang menjadi patokan sumber kebenaran bagi umat Muslim ialah wahyu. Namun, bukankah akan lebih baik jikalau kita mencoba mengaplikasikan akal sehat dalam menginterpretasikan dogma-dogma dalam Al-Qur'an?


Walaupun wahyu diasumsikan sebagai panduan utama, pendekatan akal sehat seharusnya tetap diapresiasi dalam pemahaman dan interpretasi ajaran agama. Pendekatan ini tidak bertujuan guna menggantikan wahyu, ya. Melainkan hanya melibatkan akal sehat sebagai instrumen pembantu dalam meraih pemahaman yang lebih komprehensif dan relevan terhadap konteks zaman dan kehidupan sehari-hari. Banyak orang melihat agama sebagai aspek yang krusial dalam hidup mereka. Harusnya hal tersebut tak menghalangi mereka guna mempertanyakan keyakinan mereka atau mencari pemahaman yang lebih dalam.


Kritik terhadap ajaran agama merupakan hal yang biasa dalam lingkungan akademis dan pemikiran keagamaan. Hal ini dapat membantu menghasilkan pemahaman yang lebih radikal (lebih dalam) dan evolusi dalam interpretasi agama. Problemnya adalah kita harus mempertanyakan pada diri sendiri, apakah sikap kritis kita bertujuan konstruktif guna kapabilitas berpikir yang baik atau justru sekedar ungkapan skeptis yang tak berujung hingga jauh dari kebenaran?


Terkadang kita terhalang sebuah diksi "Takut" yang tertanam di kepala dan di hati kita, sehingga kita berdiam diri saja tanpa adanya sebuah movement untuk kedepannya. Dewasa ini, banyak generasi kita yang masih terhalang rasa takut dan malu. Semoga kesadarannya dapat sadar dengan segera.


Berikan opini random anda pada kolom komentar dibawah, ya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Sempro

Seminar Proposal Skripsi Ku

Selamat Ulang Tahun Sayang