Rakyat Mudah Ditipu Janji Kampanye?
Semua janji tersebut ditebar berulang kali dengan tekad yang luar biasa besarnya. Padahal empiris memberitahu kita semua bahwa janji tidak semua dapat di realisasi. Namun, kita telah terlanjur untuk tidak menanyakan itu semua karena janji tersebut terlanjur kita asumsikan sebagai pemanis dari kampanye. Lantas, mengapa rakyat membiarkan dirinya dibohongi oleh janji?
1. Fanatisme Pada Figur
Tekad dan dukungan yang fanatis pada salah satu figur, membuat kita menelan mentah (percaya saja) pada apa yang telah dikatakannya. Walaupun figur tersebut memiliki jejak rekam yang buruk, tapi fanatisme membuat dirinya menjadi manusia yang bersih dan perfect. Kondisi demikian yang membuat figur mengatakan apa saja yang meskipun irasional dan sulit ditepati, namun massa meyakini jika hal tersebut merupakan berita kebenaran. Fanatisme ini membuat kita mengabaikan akal sehat.
2. Senang Mendengar Hal Menyenangkan
Kebiasaan untuk menyukai hal-hal yang menggembirakan dan tak menyukai hal yang kompleks. Sehingga, lumrah jika kita mudah dipuaskan oleh hal-hal yang remeh, seperti statment yang bombastis, penampilan yang membuat tawa hingga sikap yang menggelitik. Setiap paslon berusaha guna menyuguhkan hal-hal yang mengasyikkan, sehingga tak ada kegelisahan, kecemasan, dan bahkan pertanyaan kritis. Kita dibujuk untuk tidak mempersoalkan realita, tapi memanipulasinya.
3. Stereotip Yang Merajalela
Kita terbiasa mengklasifikasi seseorang berdasar pada unsur pembeda, seperti kawan-lawan. Posisi dikotomis tersebut makin semakin memupuk fanatisme yang membawa orang berbeda dalam kesadaran yang naif. Apapun yang disampaikan lawan tersebut pasti tak ada yang betul dan begitu pula sebaliknya. Dikotomi membuat setiap pendukung memegang kebenarannya secara membabi buta, sehingga saling membenarkan diri. Kampanye bukan ajakan guna membangun sebuah argumentasi, tapi indoktrinasi.
4. Skematisasi Yang Canggih
Paslon terbiasa men-simplekan gagasan, sehingga lebih mudah diterima oleh massa pemilih. Lama kelamaan, bukan men-simplekan, tapi memanipulasi fakta melalui janji-janji yang nampaknya gampang diejawantahkan. Dari mulai makanan gratis, kenaikan gaji sampai pembukaan lapangan kerja. Semua kompleksitas problem tersebut dibuat lebih ringkas, sehingga kita terlupa bahwa janji tersebut tak realistis, sulit dipenuhi bahkan mustahil untuk direalisasi. Skematisasi telah membuat janji yang sebenarnya fiktif menjadi nampak faktual.
5. Janji Yang Berulang Dikatakan
Saat janji disampaikan berulang kali atau sikap yang dilakukan berulang-ulang, membuat pemilih terkecoh, karena akan membenarkan begitu saja. Apalagi lewat perantaraan medsos membuat yang nampak berbahaya menjadi perfect dan yang keliru menjadi betul. Suguhan yang dipoles dan diperagakan terus-terusan, membuat pemilih merasa bahwa paslon memang seperti yang disuguhkan. Suguhan yang diulang-ulang membuat kebenaran menjadi tak lagi perlu dipertanyakan.
Bagaimana? Betul atau nggak nih? Udah ada yang mulai terkecoh atau justru masih skeptis? Janji nggak ketipu lagi nih?
“Kebohongan dapat menjajah ke separuh dunia selagi kebenaran masih memakai sepatunya.” - Mark Twin.
Berikan opini random anda pada kolom komentar dibawah, ya.
Komentar
Posting Komentar