Dua Skills Yang Tidak Semua Pemuda dan Pemudi Miliki
Pada masa kini, pemuda dan pemudi Indonesia telah diterpa dengan era digitalisasi. Para pemuda dan pemudi kontemporer cenderung apatis dan hedonisme akibat dari digitalisasi ini. Nah, maka dari itu pemuda dan pemudi saat ini sedikit kehilangan beberapa skills yang mereka punya. Salah dua nya seperti berikut:
Yang pertama ialah skills untuk mengapresiasi. Mengapresiasi itu bisa menjadi metode guna memperlihatkan kecarean (kepedulian) kita terhadap dilingkungan sekitar, ataupun untuk mengapresiasi atas achievement yang seseorang raih atau seseorang miliki. Dalam era digitalisasi, skill ini semakin important karena seringkali kita lebih mudah mengkritik dan menyoroti weakness (kelemahan) ketimbang menghargai dan memberikan sebuah pujian. Seorang pemuda atau pemudi yang mempunyai skill untuk mengapresiasi akan mampu membangun hubungan yang mentereng dengan orang lain, meningkatkan rasa PD, memotivasi orang lain guna terus berkembang, dll.
Misalnya, anda mempunyai seorang teman dikampus. Lalu teman kamu itu mempunyai tas baru, terus kamu bilang kedia “widih tas baruuu, keren banget tasnya lohh.” Kemudian, teman kamu bilang “terimakasih bro, baru satu oranh loh yang bilang kek gini keaku.” “Loh kok sabi sih? kan teman dan sahabatnya banyak. Kok baru saya sih yang pertama kali bilang kek gitu kata dia?” Sahut anda dalam hati sambil terheran-heran.
Ya memang apresiasi itu tidak wajib, tapi perlu antum ketahui bahwasanya terkadang apresiasi yang sesimple itu, mempunyai makna dan tempatnya tersendiri dihatinya. Beda lagi sih jika melakukan tindakan mengapresiasi dikalangan remaja atau pemuda pemudi kontemporer yang ada di Tapin Kalsel. Loh, emang kenapa? Berdasarkan empiris penulis, ketika penulis (saya) atau seseorang mengapresiasi, interpretasinya malah kearah mengejek. Iya enggak si gess? Padahal niat kita itukan baik untuk mengapresiasi dia, tapi interpretasi dari sipenerima apresiasi malah menunjukkan sikap yang tidak terima dari situkang apresiasi. Ada yang mengatakan “kenapa? iri ya?”, “kenapa? mau juga ya? ya belilah!” Dan masih banyak lagi sahutan-sahutan dari sipenerima tersebut.
Penulis tidak bermaksud untuk merendahkan atau apapun itu yang antum maksud. Penulis hanya berusaha mengubah paradigma sipembaca jika membaca tulisan ini. Penulispun dulu pernah mengalami hal demikian. Pada waktu itu, perasaan penulis ialah malu karena menjadi bahan perhatian banyak orang dan pada waktu itu jika ada sesuatu barang yang baru, bukannya mengapresiasi malah ngerusak atau mengotori barang tersebut. Misalnya, pada waktu itu saya memiliki sepatu baru atau sendal baru. Ketika saya ketemu teman disekolah ataupun diluar sekolah, sepatu atau sendal saya tadi malah di injak-injak dan akhirnya kotor.
Maka dari itu, mari kita sama-sama introspeksi diri terkait poin pertama ini. Sekali lagi, penulis bukan bermaksud merendahkan, dll. Penulis hanya mau mengubah paradigma mengapresiasi itu sesungguhnya ialah hal yang baik, jika niat simengapresiasi dan sipenerimanya samasama baik.
Skills yang kedua ialah skill basabasi. Basabasi merupakan skill untuk berbicara dengan santuy dan mencairkan suasana. Ketika antum menjadi anggota dalam sebuah organisasi atau pekerjaan, skill basabasi sangat important karena dapat menolong kita membangun link dan memperluas lingkaran sosial. Ya memang sih, aggak sulit untuk melakukan basabasi ini, apalagi seseorang yang introvert atau pemalu.
Skill ini pernah saya bahas pada pembahasan rumus memimpin bagi orang yang introvert. Misal, anda menjabat dalam sebuah organisasi. Tentu banyak nih kegiatan-kegiatan yang perlu dinegosiasikan dengan guru. Tapi, setelah melakukan negosiasi tersebut malah ditolak guru atau pembina atau kepala sekolahnya. Nah, pernah enggak sih kalian memerhatikan bahwa kalian itu terlalu fokus pada apa yang mau kalian bahas saja. Beberapa pemuda pemudi kontemporer, jarang sekali mengawalinya dengan sebuah basabasi.
Basabasi itu simple kok. Misalnya, anda nanyain “ Bapak bagaimana kabarnya hari ini?” , “ Bapak udah makan atau belum?” Hal tersebut terlihat seperti buang-buang waktu atau tidak important ya kan? Padahal, hal tersebutlah yang seharusnya diperlukan. Kenapa jadi diperlukan? Karena dari basabasi tersebut, kita itu menunjukkan rasa empati dan simpati kepada guru atau pembina atau kepsek (kepala sekolah).
Perlu juga kalian ketahui, bahwasanya guru atau pembina atau kepsek tersebut kesibukannya bukan hanya untuk mengurus kegiatan kita doang, tapi masih ada lagi kesibukan mereka. Nah, basabasi ini bisa kita implementasikan dibeberapa hal, salah satunya diorganisasi.
Meskipun kedua skill ini kadang dianggap tidak penting, tapi keduanya dapat memberikan dampak yang besar dalam berbagai hal.
Komentar
Posting Komentar