Tiga Alasan Klasik Seseorang atau Mahasiswa Tertarik Ikut Organisasi
Seseorang atau mahasiswa sering kali tertarik untuk bergabung dengan organisasi yang ada di kampusnya karena mempunyai banyak manfaat bagi perkembangannya selama masa perkuliahan. Menurut perspektif penulis, ada tiga alasan klasik mengapa mahasiswa tertarik bergabung dengan organisasi, diantaranya sebagai berikut:
Alasan klasik yang pertama, mau menambah wawasan. Ada pertanyaan yang timbul terkait hal ini, “Wawasan apa yang mau ditambah jika ketika disuruh membaca saja tidak mau. Seseorang atau mahasiswa yang bagus narasinya adalah orang yang banyak literasinya. Narasi tanpa literasi sama dengan apa?” Memang betul bahwa untuk menambah wawasan diperlukan literasi. Seseorang atau mahasiswa yang memiliki literasi yang mentereng cenderung mempunyai wawasan yang lebih luas dan juga dapat menemukan knowledge dari berbagai sumber.
Tapi, dengan ikut organisasi mahasiswa, kita bisa membantu dan menambah wawasan melalui berbagai kegiatan yang dikerjakan. Contonya, mengadakan seminar, webinar, diskusi, dan kegiatan lain yang bisa memperluas pengetahuan dan wawasan anggotanya.
Tak hanya itu, melalui kegiatan-kegiatan tadi, anggota organisasi dapat bertemu dengan orang-orang dari berbagai macam latar belakang dan memperoleh pengalaman baru. Dalam proses ini, anggota organisasi juga dapat belajar dari pengalaman orang lain atau sesama anggota ataupun seniornya dan memperluas wawasannya dengan metode yang lebih interaktif dan praktis.
Lalu, bagaimana jika seseorang atau mahasiswa tidak mau membaca sama sekali, maka dia akan sulit untuk meningkatkan literasinya dan akan sulit juga untuk memperluas wawasannya. Maka dari itu, membaca masih menjadi salah satu metode yang paling efektif guna meningkatkan literasi dan menambah wawasan. Narasi tanpa literasi mungkin saja dapat menghibur atau menyentuh emosi, tetapi untuk memperoleh knowledge yang berkualitas dan komperhensif, literasi tetap menjadi key utamanya.
Alasan klasik yang kedua adalah mau memperbanyak link (jaringan). Ada sebuah pertanyaan yang timbul mengenai alasan ini, “Bagaimana link mau banyak jika anda disetiap kegiatan hanya jadi followers (pengikut)?” Minimal kita itu terlibat didalamnya, aktif didalamnya dan menjadi penggerak didalamnya, supaya mendapat ilmu serta linknya. Silahkan masuk berbagai organisasi, tapi 6 bulan sampai 1 tahun kedepan silahkan filter pilih-pilih organisasi mana yang bisa kita menjadi penggerak didalamnya. Karena kita harus menjadi otak didalamnya dan motor didalamnya. Sehingga kita bisa mendapatkan apa yang diinginkan. STOP MENJADI FOLLOWERS TERUS !!
Apa yang menjadi pertanyaan alasan klasik kedua ini memang benar, untuk memperbanyak link (jaringan) tak cukup hanya menjadi followers pada suatu kegiatan atau organisasi. Tapi, melalui keaktifan dan partisipasi aktif dalam organisasi mahasiswa, sehingga kita bisa memperluas jaringan sosial dengan lebih efektif.
Ketika terlibat aktif dalam sebuah kegiatan organisasi, seseorang atau mahasiswa bisa bertemu dengan berbagai macam orang dan juga bisa membangun hubungan interpersonal yang positif. Nah, melalui keaktifan dan partisipasi aktif tersebut, anggota organisasi bisa memperluas wawasan dan knowledge, sehingga kita dapat berkontribusi lebih banyak dalam kegiatan organisasi dan membangun reputasi positif di antara sesama anggota, senior dan bahkan pihak lain yang terkait.
Dalam proses tersebut, seseorang atau mahasiswa dapat memperoleh pengalaman yang berharga dan peluang guna membangun jaringan sosial yang kuat dan beragam. Maka dari itu, selain dari kegiatan-kegiatan organisasi yang direalisasikan, keaktifan dan partisipasi aktif di organisasi menjadi key faktor dalam memperbanyak atau memprluas link dan memperluas jaringan sosial.
Alasan klasik yang ketiga, mau meningkatkan kualitas public speaking. Ada sebuah pertanyaan mengenai alasan klasik ini, “Bagaimana public speaking seseorang atau mahasiswa tersebut mau bagus jika datang rapat atau pertemuan saja dia hanya duduk manis dan diam?” Public speaking itu harus diasah. Hayyoo siapa yang masih gini? Pasti faktor yang menyebabkan diam tersebut adalah karena takut salah dan malu. Penulispun masih belum bisa aktif didalam sebuah rapat karena faktor yang telah disebutkan tadi. Namun, perlahan dan memperbanyak latihan, alhamdulillah rasa taut dan malu tersebut bisa diminimalisir.
Memang betul, bahwa ikut organisasi dapat membantu meningkatkan kualitas public speaking. Meskipun kemampuan berbicara di depan umum dapat dilakukan di mana saja, seperti di bangku perkuliahan ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Tapi di organisasi menyediakan peluanh atau kesempatan guna berbicara di depan banyak orang dengan lebih sistematis dan terorganisir.
Dalam organisasi juga terdapat berbagai macam kegiatan yang melibatkan public speaking, misalnya saja presentasi materi, diskusi, rapat, seminar, webinar dan lain sebagainya. Nah, dengan terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut, mahasiswa dapat merealisasikan kemampuan berbicara di depan umumnya secara rutin dan terarah.
Tidak hanya itu, biasanya organisasi memberikan atau mengadakan pelatihan dan pembinaan khusus mengenai public speaking. Misalnya, penulis sendiri telah ikut berpartisivasi sekaligus menjadi koordinator dalam sebuah pelatihan public speaking diorganisasi IPNU, yang pada mana telah terealisasi kurang lebih sebanyak tujuh kali pertemuan. Distruktur organisasipun biasanya mempunyai sebuah divisi atau seksi bidang khusus yang bertujuan guna mengembangkan dan meningkatkan kemampuan public speaking anggotanya.
Jadi, dengan ikut organisasi bisa menjadi fasilitas yang efektif guna meningkatkan kualitas public speaking. Selain dapat memperoleh pengalaman yang lebih sistematis dan terarah, seseorang atau mahasiswa juga bisa memperoleh support dan pembinaan yang tentunya dapat membantu mencapai tujuannya.
Nah, dari tiga alasan klasik tersebut bisa kita peroleh dimana saja tanpa diorganisasipun juga bisa. Tetapi salah satu wadah terthebest untuk mendapatkan tiga kemampuan ini adalah diorganisasi.
Komentar
Posting Komentar