Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2025

Ruang Bertanya

Gambar
Saya rasa, literasi kita dewasa ini, masih kurang lengkap. Karena, ia tertinggal satu hal esensial, yakni bertanya. Ironis, bukan? Di tengah banjir informasi dan gembar-gembor progresivitas teknologi, kita justru kehilangan salah satu fondasi prioritas guna berpikir kritis dan komprehensif. Pasca kurang lebih tiga tahun saya berkuliah, saya terkadang dihadapkan dengan sistem yang secara absurd menilai baiknya seseorang lewat siapa yang cepat menjawab, bukan melulu memberi ruang bagi siapa yang berani bertanya. Ini bukan semata kebetulan. Dari saya kecil, saya acap kali diajarkan untuk menjawab. Maksudnya, menjawab dengan benar, maka memperoleh nilai tinggi. Sedangkan menjawab dengan cepat, maka dianggap anak pintar. Lalu, saya pun lupa, kapan saya diminta atau diberi ruang untuk bertanya? Terkadang, memang ada ruang tersebut. Namun, sempitnya minta ampun. Karena, lebih didominasi pemaparan materi, daripada ruang untuk berdiskusi, berdialektika, apalagi menggali kedalaman substansi. Say...

Jangan Biarkan Mood Menjajah Produktivitasmu

Gambar
Kita semua pastinya mendamba produktivitas yang membara. Akan tetapi, tak jarang, kita terperosok dalam jebakan distraksi, terbius oleh layar gawai, dan akhirnya terdampar dalam belenggu rebahan. Niat sudah menggebu-gebu di dada, tapi hanya dalam sekejap mata, guliran jari di media sosial, menjelma menjadi jam-jam yang terbuang sia-sia. Kita tahu, di relung hati terdalam, ada segudang impian dan hal krusial yang menanti untuk dicapai. Akan tetapi, acap kali ketika hendak memulai, rasa sulit justru menghimpit diri, bahkan kita meremehkan kapabilitas diri sendiri. Saya rasa, dewasa ini, rasa pesimisme tengah menjadi virus yang menggerogoti kita. Sehingga, hal tersebut, melumpuhkan aksi. Lantas, apa sebetulnya akar problematikanya? Problematikanya bukan niat kita yang keliru ataupun defisit, tapi kita yang terlalu terbelenggu dalam kerumitan cara kerja, dan menganggapnya sebagai rintangan yang tak tertaklukkan. Bahkan, yang tak kalah berbahayanya adalah menunggu mood baik. Mengapa demikia...

Selamat dan Terus Bergerak, Sayangku

Gambar
Hari ini, bukan semata tanggal merah di kalender akademikmu, dan bukan pula selembar tanda kelulusan sidang skripsi biasa bagimu. Aku rasa, lebih dari itu. Hari ini merupakan momentum bersejarah, indikasi konkrit dari kemenangan intelektual dan ketangguhan semangat bak seorang pejuang. Dengan dada membuncah bangga, aku tegaskan, selamat atas penaklukanmu di medan Munaqasah ini, Sayang. Aku tahu betul, setiap aksara yang kamu rangkai, setiap literatur yang kamu lahap, dan setiap detik yang kamu curahkan untuk skripsimu, merupakan manifestasi konkrit dari komitmenmu sendiri terhadap kebenaran dan perubahan. Apakah ini perihal selembar ijazah belaka? Bukan! Ini merupakan satu langkah krusial dalam mengisi amunisi baru bagimu untuk terus lantang menyuarakan realitas yang hakiki. Bukan sekedar teori, tapi juga aksi. Hatur terima kasihku, rasanya belum cukup membalas setiap bimbingan yang kamu suguhkan padaku dikala aku tersesat dalam labirin di hutan belantara dunia akademik yang tengah kul...

Nanti Aja Deh

Gambar
Kadangkala, semua konsep sudah tertata dalam kepala. Namun, rasa takut akan gagal, acap kali membuat ketertataan tadi menjadi rancu. Alhasil, “nanti dulu deh”, mulai tumbuh dan bahkan mengakar dalam kepalanya. Sebetulnya, gagal adalah hal biasa. Namun, ketakutan akan gagal yang nir-proporsional, itu yang bahaya. Karena, hal tersebut, dapat berimplikasi pada ketiadaan pergerakan dalam aktivitas produktif. Umpamanya, kita kadang pernah merasa punya gagasan dan rencana, serta semangat menyala. Namun, dikala waktunya eksekusi, tiba-tiba lahir sebuah pikiran, “nanti aja deh”. Padahal, semakin lama kita menunda, maka bakal semakin banyak aneka macam alasan yang kita buat sendiri untuk menghindari eksekusi, entah itu alasan yang kita buat secara sadar ataupun tidak. Apabila kita telaah lagi, problemnya bukan digagal, melainkan pikiran kita yang terlalu disibukkan dengan pemikiran tentang hal-hal buruk. Banyak diantara kita, lebih takut malu daripada gagal. Takut dicibir, takut diremehkan, tak...

Perempuan Perlu Kepastian

Gambar
Berbeda dari tulisan-tulisan saya sebelumnya, tulisan ini bakal menyuguhkan salah satu fakta yang kiranya bisa menyayat hati para laki-laki, yakni perempuan bakal meninggalkan laki-lakinya, apabila ia lambat berproses. Pasca berselancar di internet, rata-rata perempuan, punya perspektif serupa akan hal tersebut. Mereka berargumen bahwa mereka tidak terlalu punya banyak waktu. Walaupun demikian, bukan berarti mereka enggan berjuang secara kolektif dengan laki-lakinya, tapi mereka hanya ingin kepastian dari laki-lakinya. Saya rasa, dihadapan laki-laki, beberapa perempuan berucap bahwa dia tidak perlu semuanya serba simsalabim mesti tunai hajatnya hari ini. Namun, dia hanya ingin tahu, bahwa laki-lakinya tengah berada dalam perjalanan menuju muara yang mereka berdua idamkan. Ingin tahu yang dimaksud tersebut, dapat kita terjemahkan sebagai ingin tahu bahwa laki-lakinya tengah berusaha dan bukan semata berjalan ditempat belaka. Karena, perempuan pun sadar, bahwa umurnya bakalan terus berta...