Ruang Bertanya

Saya rasa, literasi kita dewasa ini, masih kurang lengkap. Karena, ia tertinggal satu hal esensial, yakni bertanya. Ironis, bukan? Di tengah banjir informasi dan gembar-gembor progresivitas teknologi, kita justru kehilangan salah satu fondasi prioritas guna berpikir kritis dan komprehensif. Pasca kurang lebih tiga tahun saya berkuliah, saya terkadang dihadapkan dengan sistem yang secara absurd menilai baiknya seseorang lewat siapa yang cepat menjawab, bukan melulu memberi ruang bagi siapa yang berani bertanya. Ini bukan semata kebetulan. Dari saya kecil, saya acap kali diajarkan untuk menjawab. Maksudnya, menjawab dengan benar, maka memperoleh nilai tinggi. Sedangkan menjawab dengan cepat, maka dianggap anak pintar. Lalu, saya pun lupa, kapan saya diminta atau diberi ruang untuk bertanya? Terkadang, memang ada ruang tersebut. Namun, sempitnya minta ampun. Karena, lebih didominasi pemaparan materi, daripada ruang untuk berdiskusi, berdialektika, apalagi menggali kedalaman substansi. Say...