Aku Memang Seperti Ini
Ternyata, dewasa ini, masih ada saja segelintir manusia yang berkata, “Aku memang seperti ini orangnya. Jikalau kamu tidak menyukainya, silahkan pergi.”
Gim (selesai), habis kisah. Dengan terlontarnya kalimat itu, janganlah Anda menyalahkan orang yang menerima kalimat tersebut, ketika ia betul-betul pergi dari hidupmu.
Mengapa demikian? Mungkin, ia sudah baik-baik denganmu. Namun, Anda justru (menantangnya).
Dalam kehidupan, memperoleh kritik merupakan suatu yang niscaya. Oleh sebab itu, apabila ada seseorang yang mengkritikmu, mungkin ada yang keliru dengan dirimu. Ditambah lagi, yang mengkritikmu, bukan hanya satu orang belaka.
Ada sebuah studi kasus, di mana si x menegur si xx. Menegur dalam hal ini, bukan berarti si paling benar. Akan tetapi, di momen tersebut, menurut si x, ada yang keliru dalam sikap si xx.
Si xx ini merupakan orang yang kerapkali menilai dari sampulnya saja, dan juga suka menjudge seseorang. Namun, ironisnya, si xx ini belum pernah mencari tahu, dan mengenal secara komprehensif seseorang itu seperti apa.
Alhasil, si x ini memperoleh jawaban dari si xx dengan lontaran kalimat, “Aku memang seperti ini orangnya. Jika kamu tidak menyukainya, ya sudah.”
Sontak si x merasa kesal. Rasa kesal si x ini, dapat dikatakan hal lumrah. Sebab, si x dalam posisi tersebut, tengah berusaha menurunkan egonya. Namun, si xx ini justru menaikkan egonya.
Hal yang perlu digarisbawahi dalam hal ini, yaitu bumi tidak melulu berputar di sekitar kita.
Mari tanamkan rasa tanggungjawab atas segala sikap kita, hilangkan rasa apatis terhadap sekeliling kita, dan (berani menerima) segala masukan, demi kebaikan diri sendiri.
Kita semua pastinya sudah tahu, bahwa manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tapi, hal demikian, bukan dimaksudkan untuk pembenaran terhadap diri sendiri supaya tidak ingin berkembang menjadi lebih baik lagi.
Sikap hari ini, bisa ditransformasi. Asalkan niat, ingin, dan berani mengonkretkan transformasi tersebut.
Giimm
BalasHapus