Eksplorasi Fikrah

Penulis rasa, tulisan ini merupakan sebuah pembahasan yang sensitif, dan memancing crab mentality  seseorang bergejolak. Namun, penulis berharap, semoga ini dapat menjadi ibrah untuk pembaca maupun penulis. Khusus untuk pembaca yang masih bersekolah maupun kuliah, seberapa pentingkah nilai? Ketika seseorang memperoleh nilai dengan kiat-kiat yang halal, seperti betul-betul giat belajar, dan terjun lebih dalam guna mempelajari ilmu tersebut, kemudian memperoleh nilai yang baik, maka itu merupakan suatu hal yang luar biasa. Tentunya, ketika berbicara mengenai memperoleh nilai, pasti ada saja segelintir orang yang menghalalkan segala cara supaya memperoleh nilai yang baik.  Mereka berpikir, “yang penting nilaiku baik.” Sampai akhirnya, hal-hal yang tidak baik (dapat dikatakan haram)pun dihalalkan sedemikian rupa, seperti melakukan joki hingga mencontek. Hal-hal di atas, sebetulnya tidak dapat dijustifikasi begitu saja. Menurut penulis, pendidikan mempunyai esensi yang bukan hanya ...

Apakah kalian tahu, bahwa terlalu sering belajar itu tidaklah baik? Ternyata, memang betul loh. Ada sebuah kalimat yang kerap penulis dengar sewaktu duduk dibangku SLTA, “Kalian merupakan calon-calon mahasiswa. Kalian tidak boleh santai melulu, kalian harus belajar supaya memperoleh Perguruan Tinggi favorit yang kalian hendaki.” Kira-kira seperti itu kalimatnya. Kami terkadang setiap waktunya distimulus dengan kalimat seperti itu. Alhasil, kami berpikir bahwa setiap harinya mesti belajar, dan tidak boleh istirahat sama sekali. Sampai pada akhirnya, apa yang terjadi? Segelintir dari kami lelah hingga stres, bahkan justru membuat tingkat kefokusan saat belajar itu menurun. Selain implikasi secara fisik dan psikologis, implikasi lainnya juga berefek pada ranah akademik, yakni anjloknya nilai. Pernahkah kita berpikir, kenapa ada waktu istirahat ketika sekolah? Kita tahu bahwa otak itu ibarat sebuah mesin, yang apabila dipaksa terus bekerja (tanpa istirahat), lambat-laun otak akan mengalami...

Ada sebuah kertas kosong berwarna putih. Kertas tersebut penulis garisi satu berwarna hitam di tengah kertas putih tersebut.  Lantas, apa yang terjadi? Tentunya semua orang bakal melihat garis satu berwarna hitam tersebutkan? Nah, itulah yang namanya perbedaan. Kita semua sudah pasti tahu, bahwa beberapa orang dewasa ini takut akan sebuah perbedaan. Padahal, perbedaan merupakan sesuatu hal yang membuat seseorang ada diposisi hari ini. Umpamanya, dulu penulis sangat takut dan anti ketika berbicara di depan khalayak ramai. Ketika penulis lulus SLTA, penulis mengikuti sebuah kegiatan yang berlangsung selama empat hari. Di dalam rangkaian kegiatan tersebut, pihak penyelenggara meminta goals apa yang hendak dicapai oleh setiap peserta pasca mengikuti kegiatan tersebut. Dengan melihat keresahan penulis yang masih takut dan anti berbicara di hadapan khalayak ramai, maka hal tersebutlah yang menjadi goals pokok penulis pasca mengikuti kegiatan tersebut. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, a...

Hallo, apakabar teman baikku? Semoga senantiasa dalam keadaan sehat, ya. Dalam tulisan ini, penulis menghaturkan terimakasih dari hati terdalam kepada teman-teman penulis yang senantiasa membersamai. Penulis tahu, di tengah hiruk-pikuk jam terbang yang luar biasa padat, tidak menjadi suatu hal mudah untuk menyempatkan waktu. Hal yang luar biasa dari itu ialah, teman masih bersedia menyempatkan waktu untuk penulis. Menemani penulis melewati segala keanekaragaman dinamika kehidupan, meskipun kita tahu bahwa kisah yang disampaikan itu melulu. Hal absurdnya, tetap saja dilanjutkan. Nuansa suka, haru dan tawa bercampur dikala itu. Penulis pun juga tahu, mungkin tidak mudah bagi teman untuk menyediakan waktu guna mendengarkan segala kisah penulis, disaat teman juga ingin didengarkan. Tapi, teman masih memilih opsi untuk tetap ada di sini. Itu sangatlah berarti bagi penulis, dan penulis merasa diapresiasi dan didukung karena itu, meskipun kita tidak senantiasa bersama secara fisik. Satu hal y...

Pikiran yang kerap menghantui beberapa manusia adalah berpikir berlebihan terhadap menghadapi masa depan, hingga akhirnya terperosok ke jurang pikiran negatif atau yang dalam hal ini disebut dengan overthinking. Sebetulnya, kita tidak perlu terlalu mencemaskan masa depan. Mau jadi apapun nantinya, satu hal yang perlu diingat, yakni tetaplah hidup dan jadilah manusia baik.  Dunia ini tidak perlu manusia sukses yang tidak berguna. Justru dunia memerlukan manusia-manusia yang hidupnya bermanfaat, baik itu bagi sesama, lingkungan, ataupun makhluk hidup lainnya.  Kita semua pastinya sudah tahu, bahwa Allah tidak pernah menciptakan manusia sia-sia. Manusia senantiasa ada peranan baik yang dapat diambil, meskipun itu tidak selaras dengan definisi sukses. Disaat manusia meninggal dunia, manusia-manusia lainnya tidak mengingat berapa banyak harta yang berhasil mereka peroleh ataupun jabatan yang diembannya. Mereka hanya mengingat bagaimana sikapnya dahulu di dunia. Apakah ia anak yang ...

Apakah diri ini bisa bahagia ketika mimpi tidak akan pernah tercapai? Bukan saja sebab gagal, melainkan sebab di tengah perjalanan, waktu ini telah usai. Lantas, apakah seluruh perjuangan ini sia-sia? Apakah bahagia itu hanya angan-angan belaka? Toh, pada akhirnya akan ditinggal juga. Satu hal yang perlu digarisbawahi, bahwa kematian bukanlah akhir, justru itu merupakan awal untuk kehidupan yang sejati. Maka dari itu, kita tidak dapat berhenti pada goals duniawi saja. Kita mesti menembus sekat-sekat goals yang lebih tinggi, entah itu ingin mentransformasi segalanya ataupun cukup mentransformasi diri. Hal pentingnya adalah semua itu berorientasi pada ridho Allah. Sebab, meskipun nantinya kita tidak berhasil mencapai muaranya, kita tetap berhasil gugur di jalan-Nya. Oleh sebab itu, bahagia bukan hanya berbicara mengenai mengisi hidup dengan list-list apa saja yang ingin dicapai. Melainkan, bahagia dalam konteks ketika kita meninggal, kita tahu tugas kita di dunia telah usai.