Keanehan RTL dan Pembimbing PKMD 2024 STAI Darul Ulum Kandangan
Pasca pelaksanaan PKMD 2024 STAI Darul Ulum Kandangan yang berlangsung selama dua hari, dan bertempat di Aula Kampus Dua STAI Darul Ulum Kandangan lalu, para Peserta diberikan Tugas Akhir atau kerap disebut dengan rencana tindaklanjut (RTL) dengan mekanisme pembagiannya sesuai dengan nomor kelompok berupa ganjil dan genap.
Apabila kelompok dengan nomor ganjil, maka ia memperoleh tugas akhir untuk melaksanakan kegiatan perihal Keilmuan. Sedangkan kelompok dengan nomor genap, diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan perihal Pengabdian Masyarakat.
Dalam setiap kelompok, terdapat satu orang Pembimbing yang diambil dari beberapa orang Panitia PKMD. Selain itu, Peserta PKMD juga diminta untuk membuat laporan pertanggungjawaban (LPJ) atas pelaksanaan tugas akhir atau RTLnya. Pelaksanaan RTL ini diberikan waktu selama dua bulan.
Konsep pemberian tugas akhir atau RTL kepada tiap kelompok PKMD ini sangatlah bagus. Sebab, ilmu-ilmu yang telah dihidangkan oleh Panitia, langsung dapat diimplementasikan melalui RTL ini. Setiap kelompok, pastinya berlomba-lomba untuk mempertontonkan konsep RTLnya kepada khalayak, sebagai perwujudan dari serapan ilmu-ilmu yang ia dapat.
Dalam beberapa kesempatan di tengah kesibukan para Peserta menuju dan melangsungkan Final Test pada bulan Juni ini, kelompok 15 Flamboyan (ganjil) yang dalam hal ini mendapatkan tugas perihal Keilmuan, telah mengonsep beberapa kegiatan. Terdapat tiga konsep kegiatan yang telah dibuat, dua diantara tiga konsep tersebut ada yang ditolak oleh pihak SC dan bahkan Pembimbing kelompok kami.
Konsep yang Kelompok 15 Flamboyan hidangkan merupakan konsep terbaru, tidak template dan banyak sekali memperoleh beberapa hal, selain keilmuan belaka (apabila dicermati dengan komprehensif). Kami sendiri menawarkan konsep keilmuan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Kami sendiri kontemplatif dan objektif, bahwa kami sudah mulai bosan jika tugas akhir atau RTL kami hanya bersentuhan dengan mahasiswa saja. Oleh karena itu, kami menawarkan konsep yang up to date ini. Adapun konsep ini, kami rahasiakan terlebih dahulu.
Ketua Kelompok 15 Flamboyan dalam hal ini mengkritisi perihal ditolaknya salah satu konsep yang telah kami buat, “Aktivitas keilmuan sendiri, bukan semata diperoleh ketika kita mengadakan seminar, webinar ataupun workshop. Begitu banyak konsep kegiatan yang berbicara ihwal keilmuan selain tiga hal tadi. Apabila kami merealisasikan kegiatan yang telah saya sebutkan tadi, maka para Peserta kegiatan tersebut bakalan bosan dan bingung untuk memilih ikut kegiatan kelompok mana.”
Jika seminar ataupun workshop kami laksanakan, maka anomali pun muncul, yakni bagaimana menggaet peserta seminar atau workshop tersebut di tengah bingungnya ia untuk ikut kegiatan kelompok mana?
Hal di atas sudah Kelompok 15 Flamboyan preventif dengan menghidangkan konsep terakhir kami. Namun, kami tetap bersikeras untuk melaksanakan konsep kami yang ditolak tersebut. Ketua Kelompok 15 Flamboyan juga telah mengonsultasikan perihal konsep RTL kami kepada Senat Mahasiswa STAI Darul Ulum Kandangan.
“Alhamdulillah, saya berkesempatan mempresentasikan konsep kegiatan RTL kita dan menyampaikan beberapa keluh-kesah kita perihal ditolaknya konsep kita ini kepada salah satu anggota Senat Mahasiswa. Beliau mengapresiasi dan mengharapkan sekali konsep dari kegiatan kita, dapat terealisasi. Bahkan, beliau mengharapkan agar saat pelaksanaan nantinya, Sema diundang,” tegas Ketua Kelompok 15 Flamboyan.
Sekelas Senat Mahasiswa (SEMA) saja mengakui konsep kami. Artinya, ketika kita berpikir secara komprehensif, objektif dan tanpa adanya rasa kebencian maupun sentimen, maka kita akan memperoleh filosofi yang termaktub di dalamnya.
Selain ditolaknya konsep di atas tadi, kami dalam hal ini juga turut mempertanyakan mengenai eksistensi dan tupoksi dari Pembimbing pada setiap kelompok. Kami sendiri bingung, “Kok bisa sih, Pembimbing menolak konsep dari kelompok yang ia bimbing?”
Menurut interpretasi kami, Pembimbing kelompok merupakan sosok yang membimbing, dan ia diperkenankan memberi saran dan nasehat. Namun, ia tidak boleh mengkritisi dan bahkan menentang terhadap segala hal yang diucapkan oleh yang ia bimbing. Pembimbing seharusnya memberikan afirmasi, bukan represi.
Apabila Pembimbing terus-terusan mengkritisi hingga menentang segala konsep yang dihidangkan, maka Kelompok 15 Flamboyan dalam hal ini meminta kepada pihak SC untuk mengganti Pembimbing kami. Apabila usulan tersebut nantinya ditolak lagi, maka kami tak perlu Pembimbing. Sebab, apa fungsinya Pembimbing jika ia hanya mengkritisi dan menentang yang ia bimbing?
Kami harap, pasca adanya tulisan ini, para Pembimbing pada setiap kelompok dapat mengevaluasi diri. Kami juga berharap kepada pihak SC ataupun Ketua Pelaksana PKMD dan bahkan Dema serta Sema, dapat memberikan orientasi terlebih dahulu kepada para Pembimbing agar ia betul-betul bisa membimbing.
Demikian, semoga hal ini dapat dicerna dengan baik.
“Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, suara dibungkam, kritik dilarang tanpa alasan, dituduh subversif dan mengganggu keamanan, maka hanya ada satu kata, yakni LAWAN !” - Wiji Thukul
Instagram: @15.flamboyan
Menyala ketuaa 🔥🙌🏼
BalasHapus