Mengapa Debat Dipandang Negatif ?


Dalam arti sebenarnya, debat adalah sebuah proses transfer ide dan argumen yang bermuara untuk menggapai pemahaman yang lebih baik, solusi yang lebih optimal dan akhirnya sampai di pelabuhan bersatu. Akan tetapi, dewasa ini, debat kerapkali diwarnai dengan konotasi negatif, seperti melahirkan permusuhan, kebencian dan polarisasi.


Meskipun tidak semua debat senantiasa berakhir dengan perpecahan, namun takaran perpecahan dalam debat dewasa ini justru lebih banyak, ketimbang takaran positifnya (persatuan).


Ada beberapa penyebab yang kiranya debat berakhir dengan perpecahan, yakni:


1. Ketidakmampuan memahami perspektif orang lain

Salah satu pihak atau pihak-pihak yang berdebat terkadang tidak mempunyai kapasitas pemahaman yang memadai ihwal perspektif orang lain. Hal demikian dapat berimplikasi pada mis-interpretasi dan asumsi yang keliru, yang akhirnya memicu perselisihan.


2. Keengganan untuk berkompromi

Salah satu pihak atau pihak-pihak yang berdebat kerapkali terfokus pada pendirian mereka sendiri dan enggan berkompromi. Hal demikian dapat membuat mereka sulit untuk mencapai kesepakatan dan merampungkan perdebatan dengan akhir bersalaman dan pelukan (damai).


3. Fokus pada kemenangan daripada pemahaman

Ini merupakan hal yang seringkali terjadi dalam perdebatan. Debatnya hanya terpaku pada memenangkan argumen, daripada mencari pemahaman yang komprehensif ihwal suatu mosi. Hal demikian dapat melahirkan perdebatan yang penuh dengan sentimen negatif dan logical fallacy ad hominnen yang kian memperparah polarisasi.


4. Topik yang sensitif

Debat ihwal topik yang sensitif, seperti politik, agama, ideologi, anomali internal organisasi, dan lain-lain dapat dengan mudah memicu emosi dan perpecahan. Sebab, topik-topik ini seringkali berkenaan dengan value-value dan keyakinan pribadi yang radikal.


5. Minimnya fasilitasi yang efektif

Debat asal-asalan dapat mudah menjadi rancu dan tidak produktif. Fasilitator yang baik mesti mampu menjaga supaya debat tetap didalam jalur, memastikan semua pihak mempunyai kesempatan berbicara dan mampu membantu mereka guna mencapai solusi yang sama-sama profit.


6. Doktrin media sosial

Media sosial dapat mengkroniskan perpecahan yang lahir dari debat. Platform-platform online ini kerapkali menjadi fasilitas dan instrumen dimana orang-orang menggemakan keyakinan atau argumen mereka sendiri dan menyerang meraka yang mempunyai asumsi berbeda. Ini dapat melahirkan ruang gema yang memperkuat polarisasi dan membuat kompleks debat yang konstruktif.


7. Minimnya adab dalam berdebat

Minimnya pemahaman dan implementasi adab dalam berdebat juga memberikan kontribusi pada polarisasi. Memang betul bahwa ketika berdebat kita tidak memandang umur (setara), akan tetapi debat tersebut mesti dilakukan dengan sehat, saling menghormati, mendengarkan dengan seksama dan fokus pada argumen, bukan melancarkan logical fallacy ad hominnen.


Masih banyak lagi hal-hal yang dapat memicu debat berakhir pada perpecahan. Nah, tentunya hal diatas memerlukan solusi preventif guna meminimalisir atau meniadakan debat dengan muara negatif. Berikut solusi preventifnya:


1. Tetapkan tujuan yang eksplisit untuk debat;

2. Dengarkan dengan seksama apa yang dikatakan orang lain;

3. Hormati orang lain;

4. Berfokuslah pada fakta dan validasi, bukan narasi, asumsi dan hipotesis;

5. Siap untuk berkompromi;

6. Tetap tenang, sopan dan beretika.


Jadi, perdebatan tidak boleh berakhir dengan permusuhan. Republik Indonesia saja didirikan dengan jalan pikiran. Umpanya, perdebatan antara Soekarno dan Mohammad Hatta luar biasa besarnya. Akan tetapi, ujungnya mereka berduet dalam proklamasi.


Salah satu kriteria orang profesional ialah mampu mengklasifikasikan dimana ia harus bermusuh dan dimana ia harus berteman. Maksudnya, ketika berdebat, ia bermusuhan dengan lawan debatnya. Akan tetapi, pasca debat selesai, ia berteman lagi dengan lawan debatnya tanpa ada rasa jengkel sekalipun, kecuali diforum debat dengan pembahasan yang memang tidak dapat menyatukan jalan pikiran mereka.


Pada akhirnya, “Mari berdebat dengan sehat, untuk melahirkan buah pemikiran dan generasi yang hebat.”


Berikan opini random Anda pada kolom komentar dibawah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Sempro

Seminar Proposal Skripsi Ku

Selamat Ulang Tahun Sayang